Senin, 31 Agustus 2009

Tidak Jauh Dari Kota Rangkasbitung Kampung Kapunduan Belum Ada Jaringan Listrik


Sejumlah warga Kampung Kapunduan, Desa Sumurbandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak meminta kepada pemerintah untuk segera merealisasikan pengadaan jaringan listrik di kampung mereka. Pasalnya, dilihat dari letak georafis kampung tersebut yang tidak begitu jauh dari Ibu Kota Kabupaten Lebak (Rangkasbitung) berjarak kurang lebih 20 kilometer hingga kini belum ada jaringan listrik.

Marsim (40) warga Kampung Kapunduan Desa Sumurbandung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak mengatakan, sudah lama (bertahun-tahun) warga Kampung Kapunduan berharap adanya jaringan lisrik masuk ke kampungnya. Hal ini, membuat kampung Kapunduan menjadi daerah perkampungan tertinggal dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya.
“Jarak kampung kami tidak begitu jauh dari Kota Rangkasbitung kurang lebih berjarak 20 kilometer, tapi kondisi kampung kami sangat tertinggal dengan belum masuknya jaringan listrik,” kata Marsim pada MN dikediamannya (31/8).

Untuk itu, agar terjadinya pemerataan kemajuan pembangunan disegala bidang, lanjut Marsim, warga Kampung Kapunduan berharap sekali kepada pemerintah untuk memperhatikan dan peduli terhadap perkembangan kemajuan Kampung Kapunduan.

Terpisah, Kepala Desa Sumurbanmdung Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Amin Hidayat saat ditemui MN di kediamannya (31/8), mengakui adanya keluhan dari para warga Kampung Kapunduan yang sangat berharap masuknya jaringan listrik ke daerahnya.

Amin menjelaskan, Kampung Kapunduan diibaratkan adalah sebuah pulau diareal persawahan, menuju ke kampung tersebut, melewati hutan dan persawahan. Jumlah penghuni di kampung tersebut sebanyak 31 rumah dengan 40 Kepala Keluarga (KK).
Ditambahkan Amin, bahwa kondisi Kampung Kapunduan terisolir. Hal itu, dibuktikan dengan belum adanya jaringan listrik (tiang-tiang listrik) yang layak dan memadai. Jaringan yang ada saat ini, mengambil dari kampung tetangga dengan tiang-tiang seadanya dari batang-batang bambu atau pepohonan. Panjang jarak dari tiang listrik terdekat kira-kira 2 kilometer.

Selain itu, jalan menuju kampung tersebut kondisinya masih tanah merah, sehingga apabila musim hujan tiba akan sulit dilalui baik oleh kendaraan roda dua (motor) maupun roda empat (mobil) karena licin bercampur tanah merah.

“Sungguh ironis melihat kondisi kampung Kapunduan, selain belum adanya jaringan listrik juga kondisi jalan yang sangat kurang mendukung, apalagi musim hujan, sulit sekali dilalui kendaraan karena jalan licin bercampur tanah merah,” kata Amin.

Untuk itu, karena semua ini merupakan kewajiban dan tangungjawab bersama, pihaknya berharap kepada pemerintah baik Pemerintah Kabupaten (Pemkab Lebak), Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten maupun Pemerintah Pusat untuk peduli dan turut serta membangun Kampung Kapunduan agar tercapainya suatu pemerataan dalam pembangunan desa, sehingga keberadaan warga di Kampung Kapunduan sama dengan warga-warga kampung lainnya yaitu dapat dengan leluasa melakukan aktivitas tanpa adanya hambatan, yang pada akhirnya akan mendongkrak aspek perekonomi dan pendapatan warga di kampung tersebut.

RA.Sudrajat

SMP Negeri 4 Cikulur Kekurangan RKB

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Cikulur, berlokasi di Desa Cigoong Selatan Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak Provinsi Banten, efektif beroperasional kurang lebih 2 tahun, saat ini sangat membutuhkan penambahan ruangan kelas baru (RKB). Pasalnya, jumlah siswa yang ada tidak sesuai dengan jumlah ruangan belajar (kelas). Hal itu ditegaskan Kepala SMP Negeri 4 Cikulur, Supardi.

Dikatakan Supardi, jumlah peserta didik (siswa –red) yang dimiliki SMP Negeri 4 Cikulur sebanyak 147 orang sedangkan jumlah ruang kelas yang ada sebanyak 3 ruang sehingga satu rombongan belajar (rombel) siswa di upayakan masuk pada siang hari.

Dengan terbaginya dua siff pembelajaran di SMP Negeri 4 Cikulur yakni pagi dan siang, diakui Supardi, berdampak pada kurang efektif dan efisien system kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah. Hal ini dibuktikan pada semangat belajar dan disiplin siswa berkurang terutama siswa yang masuk pada siang hari. Bila hal ini tidak tidak sikapi dan ditanggapai secara serius, lanjut Supardi, dikhawatirkan akan berdampak menurunnya prestasi siswa disekolah.

“Dampak yang sangat dirasakan sekali yakni, semangat belajar dan disiplin siswa disekolah berkurang. Bila hal ini dibiarkan tanpa adanya upaya dari pemerintah untuk menambahkan ruangan kelas baru disekolah kami, maka para siswa dalam upaya meningkatkan prestasinya akan mengalami kesulitan dan ada kemungkinan menurun prestasinya,” kata Supardi pada MN belum lama ini diruangan kerjanya.

Supardi berharap kepada pemerintah untuk segera memperhatikan perkembangan pendidikan di SMP Negeri 4 Cikulur dengan merealisasikan menambahan RKB, agar apa yang telah diprogramkan selama ini oleh pemerintah pada bidang pendidikan dapat berjalan sukses sesuai dengan cita-cita bersama.

Hal yang sama dikatakan Kepala Desa Cigoong Selatan Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Dudung Haerudin. Menurutnya, dengan adanya dua siff system belajar di SMP Negeri 4 Cikulur diwiliyah desanya, berdampak banyaknya keluhan khususnya dari orang tua siswa dan sebagain guru disekolah tersebut. Keluhan mereka (orangtua siswa dan Guru –red) kata Dudung, belajar diwaktu siang hingga sore disekolah amat dirasakan kurang baik dan efektif sehingga akan terjadi penurunan semangat dan disiplin siswa dalam belajar disekolah yang akan berdampak pula pada peningkatan prestasi siswa.

“Mayoritas yang sekolah disana adalah warga Desa Cigoong Selatan, sehingga banyak orang tua siswa mengeluh (curhat –red) kalau anaknya sekolah pada siang hingga sore hari sedikit keberatan kerena biasanya mereka (siswa) itu membantu orang tua dirumah pada saat-saat waktu itu,” kata Dudung pada MN belum lama ini

Pihaknya, lanjut Dudung, mendukung langkah upaya Kepala SMP Negeri 4 Cikulur untuk melakukan permohonan penambahan ruang kelas baru kepada pemerintah agar kegiatan belajar mengajar disekolah tersebut dapat belajar baik, efektif dan efisien sehingga para siswa yang mayoritas orang Desa Cigoong Selatan dapat pintar, cerdas dan berprestasi.

RA. Sudrajat

Minggu, 16 Agustus 2009

Sebanyak 600 Siswa SD Di Cikulur Terima BSM

Terkait program pemerintah dibidang pendidikan dalam membantu pendanaan (Bea siswa –red) bagi para murid atau siswa dari keluarga tidak mampu (miskin). Pada tahun 2009 ini, sebanyak 600 murid Sekolah Dasar (SD) yang masuk dalam kategori siswa miskin di Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak Provinsi Banten mendapatkan dana Beasiswa miskin (BSM) dari pemerintah. Hal itu dikatakan Kepala Unit Pelayanan teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Kecamatan Cikulur, Ohim S.Pd.

Di Kecamatan Cikulur untuk dana BSM tersebut difokuskan atau mengutamakan pemberian bagi siswa miskin berprestasi, masing-masing siswa menerima dana sebesar Rp. 360 ribu, lalu pada tahap berikutnya, dana BSM akan diberikan bagi siswa miskin saja.
“Kali ini, kami mengupayakan dan mengutamakan memberi dana BSM tersebut bagi siswa miskin yang memiliki prestasi. Bagi siswa miskin yang tidak memiliki prestasi akan kami upayakan pada tahap berikutnya,” kata Ohim pada MN diruang kerjanya (14/8).

BSM ini, lanjut Ohim, merupakan sebuah bukti kepedulian pemerintah terhadap keberadaan siswa miskin yang patut didukung bersama agar berjalan sukses. Untuk itu, Ohim berharap, agar para siswa penerima BSM dapat menggunakan dana beasiswa tersebut dengan sebaik mungkin, sesuai kebutuhan dan aturan yang telah ditentukan serta dapat lebih meningkatkan lagi prestasi belajar disekolah.

Sementara itu, ditempat terpisah Kepala SD Negeri 1 Sumurbandung, Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak, Drs. Cecep Hidayat saat dikonfirmasi MN diruang kerjanya (14/8) mengatakan, SD Negeri 1 Sumurbandung mendapatkan BSM sebanyak 32 siswa miskin berprestasi.

Pihaknya, lanjut Cecep, dalam hal ini, pihaknya akan melaksanakan dan BSM tersebut sesuai dengan aturan yang ada agar apa yang telah diprogramkan oleh pemerintah dapat mengenai sasaran dan berjalan sukses. Perlu diketahui, SD Negeri 1 Sumurbandung merupakan SD yang memiliki predikat Sekolah Standar Nasional (SSN) dan belum lama ini sempat dikunjungi oleh Calon Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih, Boediono.

Untuk itu terkait BSM, pihaknya akan melakukan musyawarah dengan pihak komite dan orang tua siswa yang mendapat BSM untuk membicarakan bagaimana agar dana tersebut tepat pada sasaran. Karena dalam aturannya, lanjut cecep lagi, dana tersebut diberikan ke siswa untuk memenuhi kebutuhan alat-alat pembelajaran siswa (ATK), baju olah raga, alat kesenian yang semua untuk menunjang siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

“Kami berharap, orang tua siswa dapat lebih peduli dan mendukung anaknya dalam upaya meningkatkan prestasi disekolah. Karena tanpa adanya dukungan dari orang tua hal itu tidak ada terwujud,” kata Cecep.

RA. Sudrajat

Di Lebak Paket Pakem 2009 Dilaksanakan Di 8 Desa

Program kegiatan terpadu (Paket) merupakan hadiah atau apresiasi dari pemerintah atas prestasi yang diraih oleh Badan Kemusyawaratan Masyarakat (BKM) dan Unit pelaksana Kegiatan (UPK) yang terdapat pada Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP). Paket tersebut bersumber dana dari APBN dan APBD Kabupaten Lebak, pada tahun 2009 ini dilaksanakan di 8 desa yang terdapat di Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak diantaranya, Desa Warunggunung, Cempaka, Padasuka, Selaraja, Banjarsari, Sukarendah, Baros dan Desa Cibuah.

Pada Paket tersebut dilaksanakan berbagai kegiatan diberbagai bidang seperti, dibidang Pertanian, Kesehatan, Perikanan, Insfrastruktur (jalan), Irigasi dan Kehutanan perkebunan (Hutbun) yang semua kegiatannya dilaksanakan oleh Panitia kemitraan (Pakem). Terdapat 13 Pakem di 8 desa yang menerima Paket tersebut.

Pakem Suka Mulya

Pantauan MN dilapangan, di Panitia Kemitraan (Pakem) Suka Mulya Desa Sukarendah Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak pada Program kegiatan terpadu (Paket) melaksanakan kegiatan dibidang pertanian. Hal tersebut dikatakan Ketua Pakem Suka Mulya Desa Sukarendah, Uding. yang didampingi salah seorang anggotanya, Buchori.

Dikatakan Uding, pihaknya menerima dana Paket sebesar Rp. 21 jutaan yang merupakan usulan kegiatan pada tahun 2008 yang direalisasikan pada tahun 2009. Dana tersebut digunakan untuk kegiatan dibidang pertanian dengan areal persawahan binaan seluas 50 hektare. Ditambahkan Uding, terdapat dua kegiatan yang dilaksanakan Pakem Suka Mulya yakni, kegiatan gabungan dan kegiatan tunggal. Untuk kegiatan gabungan terdapat di tiga desa yaitu, Desa Warungunung, Cibuah dan Sukarendah, sedangkan kegiatan tunggal terdapat di Desa Sukarendah.

Dalam hal ini, lanjut Uding, Pakem Suka Mulya melaksanakan pembinaan dan pembelajaran kepada anggotanya untuk menggunakan pupuk organik dan anorganik secara baik dan benar. Pelaksanaan pupuk organik diterapkan pada areal persawahan seluas 30 hektare dan pupuk anorganik diareal 20 hektare

Pada awalnya, pihaknya mengikuti beberapa kegiatan pelatihan untuk mengetahui bagaimana cara membuat dan menggunakan pupuk organik. Ini bertujuan, lanjutnya lagi, para petani dapat berkembang maju akan kemampuan dalam peningkatan hasil produksi pertanian sehingga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi pateni itu sendiri. Diharapkan dari hasil pelatihan tersebut, agar para petani tidak terlalu ketergantungan pada penggunaan pupuk anorganik. Pihaknya selalu mengusahakan dan mengupayakan agar petani binaannya untuk lebih menggunakan pupuk organik dibanding pupuk anorganik yang hanya sekedar perangsang pertumbuhan.
“Pakem Suka Mulya telah mengikuti pelatihan, mengenai bagaimana cara membuat pupuk organik dan cara penggunannya dengan baik dan benar. Kami mengupayakan terhadap petani anggota Pakem Suka Mulya untuk lebih menggunakan pupuk organik dan sekedar perangsang, baru menggunakan pupuk anorganik ” kata Uding pada MN dikediamannya (14/8)

Pakem Mandiri 1


Terpisah, pelaksaaan Program kegiatan terpadu (Paket), Panitia kemitraan (Pakem) Mandiri 1 Desa Cibuah Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak, pada peningkatan insfrastruktur (jalan). Hal itu dikatakan Bendahara Pakem Mandiri 1 Desa Cibuah, M. Rois.

Masih kata M. Rois, pihaknya menerima dana Paket sebesar Rp. 95 jutaan, digunakan untuk 3 jenis kegiatan yang lokasinya di Kampung Cibuah Tapen dan Kampung Pabuaran Desa Cibuah. Ketiga kegiatan tersebut diantaranya, kegiatan Telpot (pengerasan jalan) sepanjang 350 meter, pengaspalan/lapen sepanjang 550 meter dan Turap sepanjang 20 meter.

Kegiatan ini, lanjut Rois, merupakan hadiah atas prestasi yang diraih oleh BKM Desa Cibuah dan Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) dalam hal pengelolaan dan pelaksanaan dana P2KP sebelumnya.

“Ada 3 kegiatan yang dilaksanakan Pakem Mandiri 1 yakni, pengerasan jalan sepanjang 350 meter, pengaspalan jalan sepanjang 550 meter dan pemasangan turap sepanjang 20 meter,” kata Rois pada MN di kantornya (14/8).

Diharapkan dari hasil kegiatan tersebut, lanjut Rois, manfaat dan kegunaannya dapat dirasakan oleh warga sekitarnya sehingga warga dapat dengan leluasa melakukan aktivitas dalam upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga desa. Untuk itu, lanjutnya Rois lagi, masyarakat dapat menggunakannya dengan sebaik-baiknya dan menjaga serta memelihara jalan tersebut agar dapat bertahan lama.

“Terhadap pemerintah, kedepan atau pada tahun berikutnya program tersebut tidak berhenti sampai disini. Program ini harus dapat berjalan kembali, berkesinambungan agar apa yang telah diprogramkan oleh pemerintah dalam upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat miskin dapat berjalan sukses,” kata Rois.

RA. Sudrajat

Selasa, 11 Agustus 2009

Pelaksanaan DIPA MI Di Lebak Ada Intervensi Sejumlah Oknum Depag Lebak Dalam Pengadaan Buku

Dalam pelaksanaan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Rehab Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Lebak, sejumlah Kepala MI yang menerima dana bantuan rehab MI tersebut mengeluh dan kecewa. Pasalnya, dalam aturannya, dana yang diterima untuk masing-masing MI sebesar Rp. 91.500.000,- dipergunakan untuk 70% fisik dan 30% untuk peningkatan mutu pendidikan (Pengadaan buku dan alat peraga) semua itu dilaksanakan sepenuhnya oleh kepala MI. Ternyata dalam prateknya, para kepala MI selalu mendapat tekanan (intervensi) dari sejumlah oknum pegawai Depag Lebak yang mengarahkan dalam hal pengadaan buku untuk membeli ke salah satu penerbit.

Menurut beberapa kepala MI yang sempat ditemui MN yang namanya tidak mau disebutkan mengatakan, pihaknya merasa heran dan sangat kecewa terhadap kinerja oknum pegawai Depag Lebak tersebut yang telah melakukan intervensi terlalu dalam yang mengharuskan pihak sekolah untuk membeli buku ke salah satu penerbit Padahal dalam Petunjuk teknis (Juknis) dan Petunjuk pelaksana (Juklak) yang ada, kewenangan penggunaan anggaran tersebut sepenuhnya dilakukan oleh Kepala MI baik dalam pelaksanan fisik maupun non fisik.

“Kami diharuskan membeli buku ke salah satu penerbit yang telah ditujuk oleh oknum tersebut. Ada tekanan terhadap kami, padahal dalam juknisnya tidak seperti itu, semuanya kewenangan ada di kami,” kata kepala MI yang enggan namanya disebut.

Adanya tekanan yang kuat dari oknum tersebut, lanjutnya, membuat kebingungan dan ketakutan dari sejumlah Kepala MI, karena apabila tidak dituruti kemauan oknum tersebut, di khawatirkan kedepan akan dipersulit terhadap MI nya, sedangkan bila dituruti, maka akan bertentangan dengan aturan.

“Bingung dan takut yang kami alami. Tidak dituruti kemauannya, kami takut dipersulit nantinya. Dituruti kemauannya, tidak sesuai juknis, bermasalah…,” katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Departemen Agama ( Kakan Depag) Kabupaten Lebak, H. Amat Saepudin saat mau dikonfirmasi MN terkait hal tersebut, tidak ada ditempat. Hingga berita ini diturunkan Kakan Depag Lebak belum dapat dikonfirmasi.
“ Maaf, bapaknya gak ada sedang ke Kanwil,” ujar stafnya.

RA. Sudrajat

Buka Daerah terisolasi Warga Pasirgintung Lakukan “Gugur Gunung”

Sebuah bentuk tanggungjawab dan kepedulian Kepala desa bersama-sama warga Desa Pasirgintung Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak terhadap perkembangan pembangunan jalan diwilayah perkampungan Desa Pasirgintung yang kondisinya telah lama terisolir. Belum lama ini melakukan sebuah karya nyata yakni, melakukan kegiatan gotong royong (swadaya –red) membuka akses badan jalan (gugur gunung) ke beberapa kampung sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar badan jalan 4 meter. Hal tersebut dikatakan Kepala Desa Pasirgintung, Jarta, didampingi Ketua BPD Pasirgintung, H. Sarman.

Dikatakan Jarta, gugur gunung tersebut dilakukan agar terjadi tingkat pemerataan pembangunan didesanya. Pasalnya, telah berpuluh-puluh tahun lamanya jalan menuju perkampungan tersebut merupakan jalan setapak sehingga sangat sulit atau tidak bisa dilalui oleh kendaran, khususnya kendaran roda empat (mobil) dan bila musim hujan tiba, kendaraan roda dua (motor) pun akan kesulitan melalui jalan tersebut, karena kondisi jalan licin bercampur tanah merah.

“Sudah berpuluh-puluh tahun, keberadaan kampung itu sangat terilosir. Maka aparat desa bersama warga bergotong royong membuka akses badan jalan sepanjang 1,5 kilometer,” kata Jarta pada MN dikediaman (29/7).

Dengan dibukanya badan jalan diharapkan warga yang berada di perkampungan tersebut dapat meningkatkan aktivitas seperti warga kampung lainnya. Pasalnya dibeberapa perkampungan yang melalui jalan tersebut, banyak terdapat potensi hasil alam yang cukup diandalkan seperti, Padi, Karet, Kelapa, Pisang dan kayu.

Dengan telah terbentuknya badan jalan, lanjut Jarta, nantinya akan diusahakan untuk dilakukan pengerasan jalan pada jalan tersebut melalui program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pedesaan tahun ini dan secara bertahap pula nantinya akan diupayakan untuk di hotmik melalui Program Hotmix Masuk Desa (HMD) agar dapat masuknya alat transportasi kendaraan khususya roda empat ke beberapa perkampungan tersebut sehingga dapat menghidupkan dan meningkatkan tingkat perekonomian warga desa. .

“Rencana kami, setelah terbentuk badan jalan, maka akan mengajukan kegiatan pengerasan jalan tersebut melalui PNPM –Pedesaan dan selanjutnya akan diusulkan lagi pada Program HMD sehingga kendaraan roda empat bisa masuk keperkampungan yang pada nantinya dapat meningkatkan aktivitas dan tarap ekonomi warga desa,” kata Jarta.

Jembatan Rusak

Sementara itu, Ketua BPD Pasirgintung, H. Sarman mengatakan, selain masih banyak daerah yang terisolir di Desa Pasirgintung juga terdapat jembatan gantung Cilancar yang terdapat di Kampung Lebak Kalian Desa Pasirgintung yang kini kondisinya sangat memprihatinkan atau rusak parah dan kurang layak untuk dilalui kendaraan. Pasalnya, di jembatan tersebut sering terjadi kecelakaan yakni jatuh kebawah sungai Cilancar.

Untuk itu, pihaknya berharap baik kepada pemerintah Kabupaten Lebak, maupun Pemerintah Provinsi Banten ataupun pemerintah pusat untuk peduli, mendukung dan turut andil dalam Pembangunan di Desa Pasirgintung, agar tercapainya suatu pemerataan dalam pembangunan desa, sehingga keberadaan warga dibeberapa kampung di Desa Pasirgintung sama dengan warga-warga kampung lainnya yaitu dapat dengan leluasa melakukan aktivitas tanpa adanya hambatan, yang pada akhirnya akan mendongkrak aspek perekonomi dan pendapatan warga di kampung tersebut.

RA.Sudrajat

Terjadi Di SDN 1 Tamanjaya Pelaksanaan DAK SD Tahun 2008 Meninggalkan Masalah

Amat disayangkan sekali, program pemerintah yang memiliki tujuan dan manfaat yang baik dan benar. Namun, pada praktek dilapangan ternyata dikotori oleh tangan-tangan atau oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang hanya memikirkan keuntungan uang semata.

Dari pantauan MN dilapangan, permasalahan itu terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Tamanjaya Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak. Di sekolah tersebut, pada tahun 2008 lalu menerima anggaran DAK SD sebesar Rp. 320 juta. Dari anggaran DAK tersebut, sebesar Rp. 120 juta dipergunakan untuk fisik, merehabilitasi gedung (3 ruang –red) sekolah dan sisanya digunakan untuk non fisik. Diakhir perjalanan kegiatan fisik merehabilitasi gedung sekolah tersebut, ternyata hingga sekarang ada beberapa item di RAB nya belum dapat terpenuhi diantarannya, belum dipasangnya Lis internit di 3 ruang, tidak ada penerangan di 3 ruang, air bersih tidak ada dan kondisi ruangan WC yang belum terselesaikan.

Ketika dikonfirmasi Kepala SDN 1 Tamanjaya, Suryaman yang didamping salah seorang guru, Uju Rojudin, yang pada tahun 2008 lalu menjabat sebagai bendahara pada kegiatan DAK SD 2008. mengatakan, pelaksanaan DAK SD tahun 2008 lalu, dilaksanakan bukan oleh dirinya, melainkan dilaksanakan oleh kepala sekolah sebelumnya (mantan) yaitu, Buwang yang kini telah mutasi menjadi Kepala SDN Cikulur.

“DAK SD tahun 2008 di SDN 1 Tamanjaya bukan saya pelaksananya, melainkan saudara Buwang yang telah mutasi, kini menjabat kepala SDN Cikulur,” tegas Suryaman pada MN dikantornya (8/8).

Diakui Suryaman, di SD yang dipimpinya sekarang banyak mengalami kekurangan pada pelaksanaan DAK SD tahun 2008 lalu. Hal itu berdampak pada meningkatan mutu dan pelayanan pendidikan yang kurang maksimal disekolahnya.

Pihaknya amat menyayangkan atas tindakan Buwang (mantan Kepala SDN 1 Tamanjaya) yang tidak bisa memenuhi kekurangan pelaksanaan pekerjaannya, padahal dana pemeliharaan 5% DAK SD 2008 tersebut telah lama dicairkan.

Dengan tidak dipenuhinya beberapa item di RAB DAK SD tersebut dan telah terserapnya dana keseluruhan, maka kuat dugaan mantan Kepala SDN 1 Tamanjaya, Buwang tidak ada niat baik untuk menyelesaikannya dan diduga dana terakhir (dana pemeliharaan) sebesar 5% yang telah diambilnya digelapkan atau digunakan untuk kepentingan pribadi.

Sementara itu, Uju Rojudin, bendahara kegiatan DAK SD 2008 SDN 1 Tamanjaya ketika dikonfirmasi MN mengatakan, dalam pencairan dana pemeliharaan sebesar 5% tersebut, dirinya tidak mengetahui dan tidak pernah diajak bicara oleh saudara Buwang. Padahalnya menurutnya, dalam setiap pencairan dana kegiatan, seorang bendaraha harus mengetahuinya.

“Dahulu sebelum dana pemeliharan cair, terkait masalah tersebut pernah dimusyawarahkan di sekolah dengan saudara Buwang, bahkan Buwang berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut setelah dana pemeliharaan cair. Namun setelah dana tersebut telah cair, hingga kini saudara Buwang tidak dapat memenuhi janjinya,” kata Uju.

Baik Suryaman dan Uju berharap, saudara Buwang untuk segera menyelesaikan permasalahan yang ditinggalkannya di SDN 1 Tamanjaya. Karena apabila hal tersebut tidak diselesaikan, maka akan berdampak buruk terhadap perkembangan dan kemajuan pelayanan pendidikan di SDN 1 Tamanjaya.

Ketika MN hendak mengklarifikasi permasalahan tersebut, Buwang hingga berita ini diturunkan belum bisa ditemui.


RA. Sudrajat

DAK 2009 Gedung SDN 1 Warunggunung Di Rehabilitasi

Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Warunggunung, Kecamatan Warunggunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten mendapatkan dana bantuan rehabilitasi gedung sekolah yang dibiayai dari DAK tahun anggaran 2009 sebesar Rp. 220 juta. Hal tersebut dikatakan Kepala SDN 1 Warunggunung , Ruswandi.

Dikatakan Ruswandi, anggaran DAK tersebut dipergunakan untuk kegiatan merehabilitasi 4 lokal (ruang -red) yang kondisinya sudah kurang layak untuk digunakan yakni, 3 ruang kelas dan 1 ruang guru serta pengadaan moubiler (meja dan kursi) sebanyak satu lokal.

“Dana tersebut kami pergunakan untuk merehabilitasi 3 ruang kelas, 1 ruang guru dan moubiler untuk satu lokal (ruang),” kata Ruswandi pada MN diruang kerjanya (11/8).

Dijelaskan Ruswandi, SDN 1 Warunggunung memiliki jumlah murid sebanyak 218 orang, saat ini memiliki 6 ruang kelas dan 1 ruang guru dengan jumlah tenaga pengajar (guru –red) 15 orang (11 PNS dan 4 Sukwan) serta satu penjaga sekolah (sukwan).

Dengan diterimanya dana bantuan DAK tahun ini, lanjut Ruswandi, pihaknya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah atas perhatian dan kepercayaan yang telah diberikan. Untuk itu, pihaknya akan melaksanakan dengan benar sesuai dengan juklak dan juknis yang ada.

Namun, lanjutnya lagi, di SDN 1 Warunggunung merasa memiliki kekurangan dengan belum adanya ruang (gedung) Perpustakaan juga ada 1 ruang kelas (kondisi temboknya ada retakan dan lantai belum berkeramik) serta 1 ruang WC yang saat ini kondisi bangunannya kurang layak digunakan atau tidak indah dipandang . Diharapkan, pada tahun berikutnya SDN 1 Warungunung mendapat perhatian dan kepercayaan kembali dari pemerintah untuk dibangunnya satu ruang perpustakaan dan diperbaikinya (direhab) satu ruang kelas serta WC yang kurang pantas digunakan agar apa yang telah diprogramkan oleh pemerintah dapat berjalan sukses.

“Kami berterimakasih kepada pemerintah, mudah-mudah apa yang telah diprogramkan pemerintah dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kedepan, diharapkan kekurangan yang kami miliki agar dapat diperhatikan dan dipenuhi kembali oleh pemerintah,” katanya.

232 SD Terima DAK


Terpisah, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) DAK SD yang juga menjabat Kasi Sarana dan Prasarana TK dan SD pada Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Haerudin saat dikonfirmasi MN diruang kerjanya (12/8) mengatakan, sebanyak 232 sekolah dasar (SD) di Kabupaten Lebak mendapat dana bantuan DAK 2009 dengan jumlah anggaran selurunhya sebesar RP. 40 milyar lebih.

Masing-masing SD menerima dana anggaran DAK tersebut, mulai dari Rp. 90 jutaan hingga mencapai Rp. 274 jutaan. Dana tersebut dapat digunakan untuk gedung perpustakaan dan merehabilitasi ruangan di sekolah tersebut.

Dijelaskan Haerudin, DAK SD memiliki tujuan dan manfaat yakni, dapat memperbaiki layanan public dibidang pendidikan khusus prasarana belajar SD, dapat mewujudkan pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional dan akuntabilitas, mewujudkan pelibatan masyarakat aktif dalam kegiatan pendidikan serta mendorong adanya pengawasan lansung dari masyarakat dan dapat menggerakan roda perekonomian masyarakat melalui aktivitas perbaikan infrastruktur pendidikan.

“Tahun ini, sebanyak 232 SD di Kabupaten Lebak menerima anggaran DAK SD. Mudah-mudahan kegiatan ini dapat berjalan lancar dan sukses sesuai harap pemerintah juga masyarakat,” kata Haerudin.

RA. Sudrajat