Rabu, 09 September 2009

Sejumlah Warga Mempertanyakan Kegiatan Pemeliharaan Jalan Raya Sampay – Cileles Terkesan Asal Tambal


Penambalan jalan pada kegiatan pemeliharaan Jalan Raya Sampay – Cileles sepanjang kurang lebih 6 kilometer yang dilaksanakan oleh Dinas Bina Marga Provinsi Banten, oleh sejumlah warga pengguna jalan tersebut dipertanyakan. Pasalnya, kegiatan penambalan jalan yang rusak dan berlubang di Jalan Raya tersebut terkesan asal jadi atau asal tambal.

Saen (30) Sopir angkot jurusan Terminal Mandala – Koncang yang setiap hari melalui jalan itu merasa aneh melihat kegiatan penambalan jalan tersebut. Menurut Saen, pada tahun lalu kegiatan penambalan jalan yang rusak dan berlubang menggunakan Hotmix sehingga terlihat rapih dan enak dilalui oleh kendaraan, namun pada tahun ini penambalan jalan menggunakan aspal curah/lapen yang cara pengerjaannya terkesan asal-asalan sehingga walaupun sudah ditambal jalan yang berlubang tidak enak dilalui oleh kendaraan dan terlihat dan dirasakan jalan tersebut bergelombang.

“Kenapa ya, tahun lalu penambalan jalan menggunakan Hotmix, tapi sekarang penambalan jalan menggunakan aspal siram (aspal curah/lapen). Pengerjaannya pun kurang bagus, jalan terasa bergelombang,” kata Saen pada MN belum lama ini.

Ada lagi, Juen (40) warga Desa Sumurbandung, Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak. menurutnya, kalau melihat cara pengerjaan penambalan pada kegiatan pemeliharaan Jalan Raya Sampay – Cileles tidak mengedepankan baik dari segi mutu dan kualitas jalan, sehingga nantinya jalan rusak dan berlubang yang telah ditambal tidak akan bertahan lama dan akan mengalami kerusakan lagi. Pada kegiatan tersebut, lanjut Juen, penambalan jalan menggunakan aspal curah (lapen) dan di Stum (diratakan) dengan mesin yang berkapasitas kecil (satu ton). Padahal, Jalan Raya Sampay – Cileles merupakan jalur padat yang sering dilalui kendaraan yang berkapasitas besar sehingga besar kemungkinan dalam waktu tidak lama jalan tersebut akan mengalami kerusakan kembali.

“Kalau melihat cara pengerjaannya seperti itu, Saya yakin tidak lama lagi jalan akan rusak kembali. Sayangkan kegiatan pemeliharaan jalan yang dibiayai dana besar tidak dapat berlangsung lama. Sebentar-bentar rusak,” kata Juen dengan nada kesal.

Terpisah, saat dikonfirmasi pegawai Dinas Bina Marga Provinsi Banten yang juga seorang Pengawas pada kegiatan tersebut, Sandi mengatakan, dirinya hanya ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan penambalan jalan pada kegiatan pemeliharaan Jalan Raya Sampay –Cileles dan memberi honor untuk para pekerja. Kalau urusan material (Aspal Curah, Batu Split dan Stum), lanjut Sandi, itu urusan dinas yang mengirim (ngedrop –red) langsung kelapangan.

“Tugas saya cuma mengawasi pekerjaan dan memberi honor para pekerja. Masalah menggunakan aspal curah (lapen) pada kegiatan penambalan ini, karena dari dinasnya yang mengirim. Untuk lebih jelasnya, silahkan bapak wartawan tanya aja langsung ke Dinas ke atasan saya,” jelas Sandi pada MN dilokasi (8/9).
Ketika ditanya kenapa menggunakan mesin perata jalan (Stum) berbobot kecil (satu ton), kata Sandi, bahwa mesin yang dimilikinya berobot 2 ton sedang mengalami kerusakan, sehingga pihaknya meminjam ke Dinas Bina Marga Kabupaten Lebak, namun yang ada hanya berbobot satu ton, karena pihaknya sangat memerlukannya maka diterima mesin Stum tersebut.

“Mesin berbobot satu ton itu kami dapat memijam dari Dinas Bina Marga Kabupaten Lebak, karena mesin kami yang berbobot 2 ton sedang rusak tidak bisa digunakan,” kata Sandi.

RA.Sudrajat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar