Jumat, 06 November 2009

Sulit Pemasaran Pengrajin Tikar Pandan Desa Anggalan Mengeluh


Para pengrajin tikar pandan di Desa Anggalan Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak mengeluh. Pasalnya, tikar terbuat dari pandan yang diproduksinya sulit dipasarkan. Kesulitan itu telah lama dirasakan dan keluhkan sejumlah pengrajin tikar pandan didaerah tersebut. Hal itu, ditegaskan Sekretaris Desa (Sekdes) Anggalan, Eli.

Dikatakan, didesanya terdapat kurang lebih 250 pengrajin tikar pandan, karena hampir setiap rumah disetiap kampung, warga desanya menjadi pengrajin tikar pandan sebagai mata pencaharian tambahan (sampingan –red) salain bertani. Rata-rata para pengrajin tikar tersebut, lanjut eli, seharinya dapat menghasilkan 2 hingga 3 buah tikar.

“Bila dijumlahkan banyaknya pengrajin tikar yang jumlahnya ratusan dikalikan 2 buah tikar saja. sudah berapa ratus buah tikar yang dihasilkan oleh pengrajin tikar pandan Desa Anggalan,” kata Eli kepada MN dikediamannya (3/11).

Namun kata Eli, terdapat kendala yang sangat dirasakan oleh para pengrajin yakni, sulit untuk memasarkan hasil produksi tikar pandan didesanya, sehingga berdampak pula pada lambatnya atau rendahnya peningkatkan tingkat ekonomi dan kesejahteraan warga desa anggalan.

“Biasanya ada seseorang pengepul yang menampung hasil produksi tikar pandan untuk di pasarkan disekitar wilayah Banten bahkan hingga ke Jakarta. Mungkin karena modal yang dimiliki pengepul itu juga pas-pasan, sehingga menjadi hambatan lagi dalam pemasaran tikar tersebut,” tegas Eli.

Untuk itu, Eli berharap kepada pemerintah untuk turut memfasilitasi dan membantu permodalan dan pemasaran produksi tikar pandan didesanya, hal ini bertujuan untuk meningkatkan tarap hidup ekonomi warga desa dan juga menjadikan Desa Anggalan sebagai sentra pengrajin tikar pandan di Kabupaten Lebak.

Hal yang sama dikatakan salah satu pengrajin tikar pandan Desa Anggalan, Yati (30) saat ditemui MN dirumahnya (3/11). Dikatakan, dirinya menjadi pengrajin tikar sebagai mata pencaharian tambahan yakni bertujuan untuk membantu ekonomi keluarga.

Dari hasil tikar yang diproduksinya digunakan untuk membantu membiayai sekolah anaknya (uang jajan –red). Namun, kata Yati, kesulitan dalam pemasaran hasil produksi tikarnya menjadi hambatannya untuk meningkatkan ekonomi keluarga yang pada akhirnya berkurang semangat untuk memproduksi tikar tersebut.

“Lumayan aja pak, buat nambah-nambah uang jajan sekolah anak saya, tapi kalau tingkat pemasarannya baik, pasti baik juga buat kami para pengrajin tikar pandan dan menjadikan hidup kami mengalami peningkatan, baik peningkatan ekonomi dalam keluarga maupun peningkatan perekonomian didesa kami,” kata Yati.

Sementara itu, Kasi Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Kecamatan Cikulur, Slamet Hariyanto mengatakan, untuk kegiatan pengrajin tikar pandan diwilayah Kecamatan Cikulur terdapat di 6 desa diantaranya, Desa Anggalan, Muaradua, Tamanjaya, Muncangkopong, Pasirgintung dan Curugpanjang. Yang sangat dibutuhkan oleh pengrajin Tikar pandan, lanjut Slamet yakni, pengembangan dan pengelolaan bahan baku pohon pandan serta pembinaan dan penyuluhan yang intensif dari pihak-pihak atau dinas instansi yang terkait. Bila hal itu terpenuhi, maka hasil produksi kerajinan tikar panda nasal Kecamatan Cikulur akan berkembang maju.

“Yang dibutuhkan mereka (pengrajin –red) adalah pembinaan dan penyuluhan tentang pengembangan pengelolaan bahan baku pohon pandan itu, karena pohon tersebut perlu dipelihara dan berikan pupuk agar tumbuh dengan baik dan dapat menyediakan kebutuhan para pengrajin,” katanya saat dikonfirmasi MN dikantornya (5/11).


RA. Sudrajat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar